Forum Diskusi
Pusaka Nusantara
Sabtu, 06 September 2014
Sabtu, 30 Agustus 2014
SENJATA KERAMBIT
Kerambit adalah pisau genggam kecil berbentuk melengkung dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, Pilipina. Dunia Barat menyebut pisau ini karambit, sedangkan di Minang disebut kurambiak/karambiak.
Senjata ini termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat
maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.
Buku sejarah di Eropa mengatakan bahwa tentara di Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka, sedangkan kerambit itu digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain habis atau hilang dalam pertempuran. Kerambit terlihat sangat jantan, sebab ia dipakai dalam pertarungan jarak pendek yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri. Para pendekar silat Minang, terutama yang beraliran silat harimau sangat mahir menggunakan senjata ini. Para prajurit Bugis Sulawesi juga terkenal untuk keahlian mereka dalam memakai kerambit. Saat ini kerambit adalah salah satu senjata utama silat dan umumnya digunakan dalam seni beladiri.
Kelebihan dari kerambit adalah:
Beberapa jenis kerambit di Nusantara:
Asal mula
Berdasarkan sejarah tertulis, kerambit berasal dari Minangkabau, lalu kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu.
Senjata di sebagian besar kawasan nusantara, pada awalnya merupakan alat pertanian yang dirancang untuk menyapu akar, mengumpulkan batang padi
dan alat pengirikan padi. Namun berbeda dengan kerambit, ia sengaja
dirancang lebih melengkung seperti kuku harimau, setelah melihat harimau
bertarung dengan menggunakan cakarnya, hal ini sejalan dengan falsafah Minangkabau yang berbunyi Alam takambang jadi guru. Kerambit akhirnya tersebar melalui jaringan perdagangan Asia Tenggara hingga ke negara-negara, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand.
Buku sejarah di Eropa mengatakan bahwa tentara di Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka, sedangkan kerambit itu digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain habis atau hilang dalam pertempuran. Kerambit terlihat sangat jantan, sebab ia dipakai dalam pertarungan jarak pendek yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri. Para pendekar silat Minang, terutama yang beraliran silat harimau sangat mahir menggunakan senjata ini. Para prajurit Bugis Sulawesi juga terkenal untuk keahlian mereka dalam memakai kerambit. Saat ini kerambit adalah salah satu senjata utama silat dan umumnya digunakan dalam seni beladiri.
Keberadaan kerambit di dunia
Dengan makin populernya seni bela diri Pencak Silat,
mulai tahun 1970-an, senjata inipun semakin populer walaupun
berlangsung lambat. Puncaknya pada tahun 2005, beberapa perusahaan besar
AS seperti Emerson Knives dan Strider Knives membuat pisau kerambit dalam jumlah banyak. Pelopor penggunaan kerambit adalah Steve Tarani yang mempunyai dasar kerambit dari Silat Cimande Sunda. Saat ini kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian.
Di Indonesia sendiri kerambit di pakai oleh Silat Sumatera seperti Silat Harimau/Silek Harimau Minangkabau dengan sebutan kurambiak/karambiak. Untuk kerambit asal Sumatera, catatan tertua yang ditemukan adalah penggunaan kerambit yang ditulis pada Asian Journal British, July – Dec 1827.
Meskipun kerambit adalah senjata wajib personel US Marshal, tetapi di Indonesia sendiri kurang begitu populer. Hal ini dikarenakan senjata ini bersifat senjata rahasia yang mematikan serta tidak ada upaya pemerintah maupun militer Indonesia dalam hal ini TNI untuk menggunakan ataupun melestarikannya.
Teknik penggunaan
Senjata dipegang dengan memasukkan jari pertama atau telunjuk ke dalam lubang di bagian atas pegangan sehingga lengkungan pisau mengarah ke depan dari bagian bawah kepalan tangan. Hal ini terutama digunakan dalam pemotongan dengan cara memutar tangan ketika kerambit telah masuk atau mengenai sasaran, sehingga bagian dalam dari sasaran, seperti urat, usus dan lainnya menjadi putus. Luka akibat kerambit terlihat kecil dari luar, namun didalamnya, urat atau usus telah putus. Dengan masuknya jari telunjuk ke dalam lobang gagang kerambit, membuat lawan sulit untuk melucuti senjata tersebut dan memungkinkan kerambit untuk bermanuver di jari-jari tanpa kehilangan peganganKelebihan kerambit
- Bentuknyah kecil dan mudah disembunyikan
- Sulit untuk dilucuti dalam pertarungan
- Jarak bisa berubah tanpa mengubah langkah
- Bisa untuk dua serangan dalam satu gerakan tangan
- Lebih membuat robekan besar untuk gerakan-gerakan tarikan yang mematikan
- Serangan dapat lebih cepat dengan pegangan standart secara pukulan jab
Jenis kerambit
Meski secara umum bentuk kerambit adalah sama yaitu melengkung dan memiliki lobang dibagian pegangannya, namun dalam perkembangannya kerambit memiliki beberapa varian. Dari bilah tajamnya terbagai menjadi dua yaitu tajam tunggal dan tajam ganda (double edges). Sedangkan di Indonesia sendiri, kerambit ada dua yaitu kerambit Jawa Barat dan kurambiak/karambiak Minang. Kerambit Jawa Barat biasanya memiliki lengkungan yang membulat, sedangkan kerambit Minang memiliki lengkungan siku.Beberapa jenis kerambit di Nusantara:
- Kuku Alang (kuku elang), Lawi ayam: Cakar elang/ayam dari Sumatera Barat
- Kuku Harimau: Sumatera Barat, Jawa Barat dan Madura
- Kuku Bima: Jawa Barat, Jawa Tengah
- Kuku Hanoman: Jawa Barat
- Kerambit Sumbawa: Pulau Sumba
- Kerambit Lombok: Lombok
KUJANG SENJATA KHAS SUNDA
Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
MITOLOGI KUJANG
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya
kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk
melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.
Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.
Kujang dikenal sebagai benda tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti[siapa?] menyatakan bahwa istilah "kujang" berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang. Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana Prabu Siliwangi.
Kudi
diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai
kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk
menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit[butuh rujukan].
Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk
melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti
atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas
tempat tidur (Hazeu, 1904 : 405-406). Sementara itu, Hyang dapat
disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa mitologi, namun bagi
masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan kedudukan di atas Dewa, hal
ini tercermin di dalam ajaran “Dasa Prebakti” yang tercermin dalam
naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa bakti di
Hyang”.
Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang
mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan
sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati
satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa Barat
(Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-nilai filosofis yang
terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam
beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang
pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan
dan tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.
Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini
tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M)
maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di
daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang
sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini
pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi.
Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi
masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran
bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang
berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan
cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru
kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir
antara abad 9 sampai abad 12.
MITOLOGI KUJANG
Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai;
Ku-Jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang
Janji untuk meneruskan perjuangan sepuh karuhun urang/ nenek moyang
yaitu menegakan cara-ciri manusa dan cara ciri bangsa. Apa itu?
Cara-ciri Manusia ada 5
- Welas Asih (Cinta Kasih),
- Tatakrama (Etika Berprilaku),
- Undak Usuk (Etika Berbahasa),
- Budi Daya Budi Basa,
- Wiwaha Yuda Na Raga ("Ngaji Badan".
Cara-ciri Bangsa ada 5
- Rupa,
- Basa,
- Adat,
- Aksara,
- Kebudayaan
Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat perang ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.
Rabu, 27 Agustus 2014
PUSAKA KERIS PENINGGALAN
Indonesia memang tak diragukan lagi sebagai negara yang mewarisi banyak
budaya dan tradisi dari nenek moyang. Akan tetapi, karena kurang rasa
kepedulian akan warisan leluhur banyak negara yang mencoba mengakui
beberapa budaya milik Indonesia. Ya, salah satunya adalah keris. Senjata
tradisional yang satu ini pernah diklaim oleh negara tetangga kita
meski akhirnya UNESCO menetapkan keris sebagai Warisan Budaya Dunia
Non-Bendawi Manusia dari Indonesia pada tahun 2005.
Benda yang terbuat dari logam ini merupakan senjata tikam yang termasuk
golongan belati (senjata yang berujung runcing dan tajam pada kedua
sisinya)
dengan banyak fungsi budaya. Keris ini mempunyai bentuk yang
khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya. Bentuk keris
biasanya melebar dibagian pangkalnya dan seringkali bilahnya
berkelok-kelok sehingga tidak simetris.
Keris telah digunakan sejak zaman dulu, selain digunakan sebagai
senjata keris juga sering dianggap sebagai sebuah benda yang memiliki
kekuatan supranatural. Adanya keris di Indonesia diduga terpengaruh oleh
buadaya Tiongkok dan India. Karena dilihat dari bentuknya keris ini
sangat mirip dengan senjata yang berasal dari Kebudayaan Tiongkok
selatan. Sedangkan sikap menghormati
berbagai benda yang terbuat dari
logam ternyata berasal dari kebudayaan India. Meskipun penyebutan
istilah "Keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi,
keris sendiri belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber
tertulis yang secara deskriptif menjelaskan mengenai keberadaannya dari
sebelum abad ke-15.
Penyebaran keris ke berbagai wilayah ternyata dipengaruhi juga oleh
kerajaan Majapahit, diduga pada masa itu seluruh wilayah kekuasaan
Majapahit telah mengenal keris.
Sehingga tak heran keris ini sampai juga
ke Negara Filipina, Malaysia dan Thailand. Seperti yang kita ketahui
bahwa kerajaan Majapahit pernah sampai ke wilayah tersebut. Sedangkan
bentuk keris yang kita kenal sekarang juga merupakan warisan dari masa
Majapahit sekitar abad ke-14. Beberapa keris yang terkenal dari
peninggalan Majapahit adalah keris pusaka nagasara dan sabuk inten,
condon gcampur, serta keris taming sari.
Karena keris ini hampir ada di seluruh wilayah Indonesia, maka tata
cara penggunaannya pun berbeda di masing-masing wilayah, tergantung
dengan kebudayaan setempat. Di Jawa dan Sunda misalnya, keris
ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi
ditempatkan di depan pada masa perang. Sedangkan di wilayah Sumatera,
Malaysia, sampai ke Filipina, keris ditempatkan di depan dalam
upacara-upacara kebesaran.
Keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bermata berkelok kelok, ada pula yang bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Kemudian ada juga yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.
Zaman dulu keris ini berfungsi sebagai senjata dalam peperangan dan
sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian atau persembahan sebagaimana
dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama. Sedangkan saat
ini keris lebih banyak digunakan sebagai benda aksesoris dalam
berbusana. Ada pula yang memandang keris sebagai benda yang menjadi
simbol budaya, atau yang menjadikannya benda koleksi karena dinilai
sebagai benda yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Bagi yang suka terhadap keris pastinya kenal dengan istilah “Memandikan
Keris”. Istilah ini digunakan untuk merawat keris, biasanya perawatan
keris ini dilakukan dengan cara membersihkan keris menggunakan cairan
asam, seperti air kelapa atau perasan jeruk nipis. Setelah bersih
kemudian diberi minyak pewangi. “Memandikan Keris” biasanya dilakukan
setiap tahun pada bulan Muharram atau bulan Sura dalam penanggalan Jawa.
Keris adalah sebuah maha karya asli Indonesia yang sarat filosofis yang
mengajarkan sifat keluhuran budi dan keberanian. Sudah seharusnya Sobat
Djadoel semua ikut melestarikan warisan leluhur dan jangan sampai kita
marah-marah terhadap negara lain yang mengakui budaya kita tapi kita
sendiri tidak tahu akan budaya tersebut. Jadi kita harus lebih mengerti
dan melestarikan budaya sendiri sebelum orang lain mengakuinya.
KERIS LAMPUNG
Keris sebagai Benda Upacara
Keris
jenis ini biasanya tidak dipandang mamiliki kekuatan magis. Asal
pemilikannya pun biasanya bukan merupakan warisan dari orang tua.
Bentuknya biasanya merupakan sebuah keris yang indah, kadang berlapis
logam mulia, mulai dari gagang hingga ke sarungnya. Tidak 0Jarang
sarungnya diukir sedemikian rupa menyerupai ukiran barang-barang dari
emas. Di dae¬rah Lampung keris ini disebut tekhapang/punduk keris yang
indah seperti ini digunakan untuk upacara perkawinan dan dipakai oleh
pengantin Aria, yang diselipkan di pinggang bagian depan atau dipegang
dengan tangan kanan (berbeda dengan pengantin Jawa, keris diselipkan di
pinggang bagian belakang/punggung).
Keris sebagai Bagian dari Kesenian
Dahulu
menurut orang-orang tua, apabila nda kesenian silat orang memegang
keris dalam pertunjukannya, di samping juga digunakannya tombak dan
pedang. Keris yang digunakan untuk pertunjukan silat ini, biasanya tidak
dipan¬dang memiliki kekuatan magis. Kini orang Lam¬pung dalam
pertunjukan seperti ini tidak lagi Menggunakan keris.
Untuk melihat bagaimana cara pembuatan keris di daerah Lampung perlu penelitian lebih lanjut, karena:
1. Di daerah Lampung keris saat ini banyak di buat di Lampung Utara terutama di Tulangbawang udik.
2. Penggunaan keris di daerah Lampung, hanya merupakan benda pusaka, atau benda seni (sebagai benda kelengkapan upacara pernikahan dan seni pencak silat).
Sebagaimana diketahui bahwa keris yang ada di daerah Lampung banyak mendapat pengaruh dari daerah Jawa, hal ini dapat dimengerti ka¬rena dahulu daerah Jawa memiliki kerajaan-kerajaan besar. Sedang empu pembuat keris ketika itu merupakan penjual jasa bagi kebutuhan orang-orang/pembesar kerajaan, sedang empu dl Lampung banyak juga yang berasal dari meranjat (ogan Komering Ilir Sumatera Selatan) yaitu etnis Lampung Kayu Agung yang secara geografli sekarang meniadi wilayah Sumatera Selatan. Sampai kini ternyata keris masih dibuat oraw Lampung khususnya di Tulang Bawang Tengal (Lampung Utara).
Di daerah Jawa dikatakan bahwa bahan pembuatan keris meliputi besi, Baja, pamor yang berasal dari batu bintang (meteorit) atau nikel. Menurut informasi bahwa daya tahan panas batu meteorit dalam proses garap keris jauh lebih tahan. Pada temperatur tertentu in buah besi. tang dipanggang api akan luluh, tetapi sebuah meteorit yang lazim untuk pamor pada temperatur yang sama tidak luluh.
Pada dewasa ini di Lampung keris bukan lagi untuk senjata perang, tinggal fungsi lain yang masih lazim dikenal: Umpamanya, pelengkap pakaian adat tradisional, pelengkap upacara tradisional, pelengkap konsep hidup ideal sebagai apa yang disebut gagaman/peselok, pelengkap eksotisme lama dalam hidup zaman mo dern. Di Lampung dikenal ada konsep hidup lengkap bagi seorang pria dewasa, yaitu antar lain wisman (bulamban), tenangga, kukila (segokan), jama (istri) dan pemenah (pusaka).
Untuk melihat apakah konsep
itu terpakai oleh masyarakat suku bangsa Lampung, secara tersamar, namun
terlalu banyak variasi untuk mengatakan bahwa di daerah Lampung konsep
tersebut juga berlaku, bahkan bukan tidak mungkin konsep itu tidak ada,
karena secara tradisi Lampung secara setempat-setempat sedikit banyaknya
ada perbedaan dengan tradisi yang berlaku secara umum. Namun demikian
yang pasti setiap berbusana adat punduk/tekhapang harus hadir.
Pedang Damaskus, Terbaik dan Tertajam
Mungkin selama ini kita mengenal bahwa katana dari Jepang adalah
pedang yang paling tajam di dunia. Namun kenyataannya pedang yang paling
tajam adalah Pedang Damaskus (Damascus Sword).
Pedang Damascus ini sangat kuat tapi tetap fleksibel sehingga ujung
pedangnya dapat ditekuk sampai gagang pedang. Pedang ini juga sangat
tajam sehingga dapat memotong pedang eropa dengan mudah, bahkan
dikatakan dapat memotong sehelai sutra yang dijatuhkan ke tanah. Ciri
Khas Pedang Damascus adalah Pattern/Pola Tanda Air Dipermukaannya, mirip
dengan Keris Indonesia/Pedang Jepang (Namun Tanda Air pada Baja
Damascus bukan karena teknik lipatan logam).
Penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Dresden, mengungkap sebuah rahasia yang luar biasa yaitu keberadaan carbon nanotubes. Ternyata tanpa disadari, pembuat pedang ini menggunakan teknologi nano ketika menempa pedang. Sayangnya, teknik pembuatan pedang ini menghilang di abad ke-18.
Pada perang salib, pasukan Eropa dikejutkan oleh pedang yg dimiliki
oleh pasukan Arab dan Persia karena dapat dengan mudah menembus baju
zirah pasukan crusader, bahkan mampu membelah tameng.
Nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer,
biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan seperseribu
mikrometer atau sepersejuta milimeter). Istilah ini kadangkala
diterapkan ke teknologi sangat kecil. Ruang lingkupnya juga sangat luas,
bisa merambah ke berbagai bidang seperti kedokteran,robotik,
fisika,dll. Sedangkan carbon nanotubes merupakan ikatan carbon yang
berbentuk silinder dengan diameter 4 nanometer (1 nano=1/1.000.000.000).
Material yang digunakan bernama wootz steel, kaya akan kandungan
carbon nanotubes. Material ini katanya diimpor dari India, dan pembuatan
pedang damascus terhenti karena habisnya material ini.
Tapi apa itu nanotubes? Dilihat dari asal katanya nano yang adalah
ukuran, yaitu 1 nanometer sama dengan 1 per satu milyar meter. Anda
bisa membayangkan betapa sungguh sangat kecil itu. Tube adalah suatu
bentuk seperti pipa, lihat gambar di atas (dalam dunia engineering istilah
tube tidak sama dengan pipa). Carbon nanotubes adalah struktur lain
dari atom karbon yang sama dengan atom karbon pada grafit yang sering
kita temui sebagai bahan ujung pensil. Dan sama juga dengan atom karbon
pada diamond. Dengan kata lain perbedaaannya hanya ada pada struktur
kristalnya.
Lalu apa hubungangannya dengan ketangguhan dan ketajaman pedang?
Carbon nanotube mempunyai karakter yang luar biasa, kekuatannya 20-30
kali kekuatan baja paling kuat, demikian juga dengan kekerasannya. Jadi
jika misalnya seutas kawat dengan diameter sekian milimeter mampu
menahan sepenuhnya tubuh satu orang unuk menggantungkan diri dari sebuah
helikopter, maka hanya dibutuhnya kawat nanotubes dengan luas penampang
1/20 dari luas penampang baja tadi. Put another way, dengan luas
penampang yang sama, kawat carbon nanotube dapat menahan kurang lebih 20
kali beban yang mampu ditahan kawat baja tadi.
Baja pada umumnya mempunyai fasa dominan yang disebut ferit yang
sifatnya lunak. Namun pada baja pedang damaskus, terdapat struktur
(fasa) carbon nanotubes yang sangat kuat. Stuktur carbon nanotube tadi
terdistribusi tertentu di dalam ferit, sedemikian hingga menghasilkan
kombinasi sifat akhir yang sangat luar biasa. Itulah pedang yang
ditakuti para ksatria Eropa beratus-ratus tahun.
Dan sampai saat ini belum ada scientists yang bisa menemukan
bagaimana cara membuat carbon nanotubes dalam struktur mikro baja.
Termasuk bagaimana membuat pedang damaskus dengan struktur yang sama
seperti aslinya. Pelajaran penting dan mencengangkan lainnya adalah,
dengan pengalaman ternyata suatu masyarakat bisa menciptakan sesuatu
karya yang elegan, bahkan bisa dibilang melebihi sejarah pengetahuan itu
sendiri. Luar biasa!
Baja Damaskus adalah material legendaris dari baja yang mempunyai
sifat superplastis (kemampuan untuk mengalami deformasi tetap tanpa
retak hingga 1000%).
Dengan sifat yang unik ini maka baja Damaskus banyak digunakan
sebagai material untuk membuat pedang dan senjata. Menurut mitos senjata
yang dibuat menggunakan Baja Damaskus tidak akan pernah tumpul atau
patah. Selain memiliki sifat superplastis baja Damaskus juga mempunyai
ciri khas yaitu adanya pola air (watermarking) pada permukaannya.
Baja Damaskus dibuat pertama kali di India dan kemudian berkembang
sampai Suriah. Nama Damaskus sendiri diberikan oleh bangsa Barat yang
terlibat Perang Salib dan menjumpai senjata yang berbahan baja Damaskus
di kota Damaskus, Suriah.
Pedang Damaskus pernah digunakan oleh pemimpin muslim Salahuddin
al-Ayyubi pada Perang Salib III melawan Tentara kristen yang di pimpin
Richard The Lionheart. Helm dan baju zirah Salahuddin (lempengan
logamnya) juga terbuat dari baja/logam Damaskus.
Senjata dan Alat Perang Tikam
Elemen Budaya: Senjata dan Alat Perang
Provinsi: Lampung
Asal Daerah: Lampung
Provinsi: Lampung
Asal Daerah: Lampung
Di Lampung zaman dahulu menurut sejarah terdapat
Keratuan-keratuan sehingga tidak terlepas dengan namannya senjata.
Senjata-senjata ini ada yang digunakan sebagai alat pembela diri (tikam)
dan juga sebagai pusaka yang digunakan untuk budaya adat istiadat.
Setiap Masyarakat Lampung pada umumnya menggunakan Badik untuk keperluan menjaga diri dikesehariannya, sehingga pada daerah tertentu hingga kini masih merupakan kebiasaan bahkan terkesan kewajiban untuk membawa badik dalam bepergian sehingga di Lampung banyak terdapat jenis-jenis badik.
Setiap Masyarakat Lampung pada umumnya menggunakan Badik untuk keperluan menjaga diri dikesehariannya, sehingga pada daerah tertentu hingga kini masih merupakan kebiasaan bahkan terkesan kewajiban untuk membawa badik dalam bepergian sehingga di Lampung banyak terdapat jenis-jenis badik.
Langganan:
Postingan (Atom)