Pages

Subscribe:

Sabtu, 30 Agustus 2014

SENJATA KERAMBIT

Kerambit adalah pisau genggam kecil berbentuk melengkung dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, Pilipina. Dunia Barat menyebut pisau ini karambit, sedangkan di Minang disebut kurambiak/karambiak. Senjata ini termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.

Asal mula

Berdasarkan sejarah tertulis, kerambit berasal dari Minangkabau, lalu kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu.
Senjata di sebagian besar kawasan nusantara, pada awalnya merupakan alat pertanian yang dirancang untuk menyapu akar, mengumpulkan batang padi dan alat pengirikan padi. Namun berbeda dengan kerambit, ia sengaja dirancang lebih melengkung seperti kuku harimau, setelah melihat harimau bertarung dengan menggunakan cakarnya, hal ini sejalan dengan falsafah Minangkabau yang berbunyi Alam takambang jadi guru. Kerambit akhirnya tersebar melalui jaringan perdagangan Asia Tenggara hingga ke negara-negara, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand.

 Buku sejarah di Eropa mengatakan bahwa tentara di Indonesia dipersenjatai dengan keris di pinggang dan tombak di tangan mereka, sedangkan kerambit itu digunakan sebagai upaya terakhir ketika senjata lain habis atau hilang dalam pertempuran. Kerambit terlihat sangat jantan, sebab ia dipakai dalam pertarungan jarak pendek yang lebih mengandalkan keberanian dan keahlian bela diri. Para pendekar silat Minang, terutama yang beraliran silat harimau sangat mahir menggunakan senjata ini. Para prajurit Bugis Sulawesi juga terkenal untuk keahlian mereka dalam memakai kerambit. Saat ini kerambit adalah salah satu senjata utama silat dan umumnya digunakan dalam seni beladiri.




Keberadaan kerambit di dunia

Dengan makin populernya seni bela diri Pencak Silat, mulai tahun 1970-an, senjata inipun semakin populer walaupun berlangsung lambat. Puncaknya pada tahun 2005, beberapa perusahaan besar AS seperti Emerson Knives dan Strider Knives membuat pisau kerambit dalam jumlah banyak. Pelopor penggunaan kerambit adalah Steve Tarani yang mempunyai dasar kerambit dari Silat Cimande Sunda. Saat ini kerambit telah dikembangkan pihak barat dengan banyak varian.
Di Indonesia sendiri kerambit di pakai oleh Silat Sumatera seperti Silat Harimau/Silek Harimau Minangkabau dengan sebutan kurambiak/karambiak. Untuk kerambit asal Sumatera, catatan tertua yang ditemukan adalah penggunaan kerambit yang ditulis pada Asian Journal British, July – Dec 1827.
Meskipun kerambit adalah senjata wajib personel US Marshal, tetapi di Indonesia sendiri kurang begitu populer. Hal ini dikarenakan senjata ini bersifat senjata rahasia yang mematikan serta tidak ada upaya pemerintah maupun militer Indonesia dalam hal ini TNI untuk menggunakan ataupun melestarikannya.

Teknik penggunaan


Penggunaan kerambit
Senjata dipegang dengan memasukkan jari pertama atau telunjuk ke dalam lubang di bagian atas pegangan sehingga lengkungan pisau mengarah ke depan dari bagian bawah kepalan tangan. Hal ini terutama digunakan dalam pemotongan dengan cara memutar tangan ketika kerambit telah masuk atau mengenai sasaran, sehingga bagian dalam dari sasaran, seperti urat, usus dan lainnya menjadi putus. Luka akibat kerambit terlihat kecil dari luar, namun didalamnya, urat atau usus telah putus. Dengan masuknya jari telunjuk ke dalam lobang gagang kerambit, membuat lawan sulit untuk melucuti senjata tersebut dan memungkinkan kerambit untuk bermanuver di jari-jari tanpa kehilangan pegangan


Kelebihan kerambit

Penggunaan kerambit dengan cara yang berbeda
Kelebihan dari kerambit adalah:
  • Bentuknyah kecil dan mudah disembunyikan
  • Sulit untuk dilucuti dalam pertarungan
  • Jarak bisa berubah tanpa mengubah langkah
  • Bisa untuk dua serangan dalam satu gerakan tangan
  • Lebih membuat robekan besar untuk gerakan-gerakan tarikan yang mematikan
  • Serangan dapat lebih cepat dengan pegangan standart secara pukulan jab

Jenis kerambit

Meski secara umum bentuk kerambit adalah sama yaitu melengkung dan memiliki lobang dibagian pegangannya, namun dalam perkembangannya kerambit memiliki beberapa varian. Dari bilah tajamnya terbagai menjadi dua yaitu tajam tunggal dan tajam ganda (double edges). Sedangkan di Indonesia sendiri, kerambit ada dua yaitu kerambit Jawa Barat dan kurambiak/karambiak Minang. Kerambit Jawa Barat biasanya memiliki lengkungan yang membulat, sedangkan kerambit Minang memiliki lengkungan siku.
Beberapa jenis kerambit di Nusantara:
  • Kuku Alang (kuku elang), Lawi ayam: Cakar elang/ayam dari Sumatera Barat
  • Kuku Harimau: Sumatera Barat, Jawa Barat dan Madura
  • Kuku Bima: Jawa Barat, Jawa Tengah
  • Kuku Hanoman: Jawa Barat
  • Kerambit Sumbawa: Pulau Sumba
  • Kerambit Lombok: Lombok

KUJANG SENJATA KHAS SUNDA

Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.

Menurut Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.
Kujang dikenal sebagai benda tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti[siapa?] menyatakan bahwa istilah "kujang" berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang. Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana Prabu Siliwangi.
Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit[butuh rujukan]. Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904 : 405-406). Sementara itu, Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa mitologi, namun bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan kedudukan di atas Dewa, hal ini tercermin di dalam ajaran “Dasa Prebakti” yang tercermin dalam naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian disebutkan “Dewa bakti di Hyang”.
Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda). Sebagai lambang atau simbol dengan niali-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Disamping itu, Kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.
Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi.
Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir antara abad 9 sampai abad 12.



MITOLOGI KUJANG

Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai;
Ku-Jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang
Janji untuk meneruskan perjuangan sepuh karuhun urang/ nenek moyang yaitu menegakan cara-ciri manusa dan cara ciri bangsa. Apa itu?

Cara-ciri Manusia ada 5


  1. Welas Asih (Cinta Kasih),
  2. Tatakrama (Etika Berprilaku),
  3. Undak Usuk (Etika Berbahasa),
  4. Budi Daya Budi Basa,
  5. Wiwaha Yuda Na Raga ("Ngaji Badan".

Cara-ciri Bangsa ada 5


  1. Rupa,
  2. Basa,
  3. Adat,
  4. Aksara,
  5. Kebudayaan
Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat perang ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.

Rabu, 27 Agustus 2014

PUSAKA KERIS PENINGGALAN



 Indonesia memang tak diragukan lagi sebagai negara yang mewarisi banyak budaya dan tradisi dari nenek moyang. Akan tetapi, karena kurang rasa kepedulian akan warisan leluhur banyak negara yang mencoba mengakui beberapa budaya milik Indonesia. Ya, salah satunya adalah keris. Senjata tradisional yang satu ini pernah diklaim oleh negara tetangga kita meski akhirnya UNESCO menetapkan keris sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia dari Indonesia pada tahun 2005.
Benda yang terbuat dari logam ini merupakan senjata tikam yang termasuk golongan belati (senjata yang berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) 
dengan banyak fungsi budaya. Keris ini mempunyai bentuk yang khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya. Bentuk keris biasanya melebar dibagian pangkalnya dan seringkali bilahnya berkelok-kelok sehingga tidak simetris.
Keris telah digunakan sejak zaman dulu, selain digunakan sebagai senjata keris juga sering dianggap sebagai sebuah benda yang memiliki kekuatan supranatural. Adanya keris di Indonesia diduga terpengaruh oleh buadaya Tiongkok dan India. Karena dilihat dari bentuknya keris ini sangat mirip dengan senjata yang berasal dari Kebudayaan Tiongkok selatan. Sedangkan sikap menghormati
berbagai benda yang terbuat dari logam ternyata berasal dari kebudayaan India. Meskipun penyebutan istilah "Keris" telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi, keris sendiri belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang secara deskriptif menjelaskan mengenai keberadaannya dari sebelum abad ke-15.
Penyebaran keris ke berbagai wilayah ternyata dipengaruhi juga oleh kerajaan Majapahit, diduga pada masa itu seluruh wilayah kekuasaan Majapahit telah mengenal keris.
Sehingga tak heran keris ini sampai juga ke Negara Filipina, Malaysia dan Thailand. Seperti yang kita ketahui bahwa kerajaan Majapahit pernah sampai ke wilayah tersebut. Sedangkan bentuk keris yang kita kenal sekarang juga merupakan warisan dari masa Majapahit sekitar abad ke-14.  Beberapa keris yang terkenal dari peninggalan Majapahit adalah keris pusaka nagasara dan sabuk inten, condon gcampur, serta keris taming sari.

Karena keris ini hampir ada di seluruh wilayah Indonesia, maka tata cara penggunaannya pun berbeda di masing-masing wilayah, tergantung dengan kebudayaan setempat. Di Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai tetapi ditempatkan di depan pada masa perang. Sedangkan di wilayah Sumatera, Malaysia, sampai ke Filipina, keris ditempatkan di depan dalam upacara-upacara kebesaran.

Keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bermata berkelok kelok, ada pula yang bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Kemudian ada juga yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.

Zaman dulu keris ini berfungsi sebagai senjata dalam peperangan dan sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian atau persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama. Sedangkan saat ini keris lebih banyak digunakan sebagai benda aksesoris dalam berbusana. Ada pula yang memandang keris sebagai benda yang menjadi simbol budaya, atau yang menjadikannya benda koleksi karena dinilai sebagai benda yang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Bagi yang suka terhadap keris pastinya kenal dengan istilah “Memandikan Keris”. Istilah ini digunakan untuk merawat keris, biasanya perawatan keris ini dilakukan dengan cara membersihkan keris menggunakan cairan asam, seperti air kelapa atau perasan jeruk nipis. Setelah bersih kemudian diberi minyak pewangi. “Memandikan Keris” biasanya dilakukan setiap tahun pada bulan Muharram atau bulan Sura dalam penanggalan Jawa.
Keris adalah sebuah maha karya asli Indonesia yang sarat filosofis yang mengajarkan sifat keluhuran budi dan keberanian. Sudah seharusnya Sobat Djadoel semua ikut melestarikan warisan leluhur dan jangan sampai kita marah-marah terhadap negara lain yang mengakui budaya kita tapi kita sendiri tidak tahu akan budaya tersebut. Jadi kita harus lebih mengerti dan melestarikan budaya sendiri sebelum orang lain mengakuinya.







KERIS LAMPUNG



 Keris sebagai Benda Upacara

 Keris jenis ini biasanya tidak dipandang mamiliki kekuatan magis. Asal pemilikannya pun biasanya bukan merupakan warisan dari orang tua. Bentuknya biasanya merupakan sebuah keris yang indah, kadang berlapis logam mulia, mulai dari gagang hingga ke sarungnya. Tidak 0Jarang sarungnya diukir sedemikian rupa menyerupai ukiran barang-barang dari emas. Di dae¬rah Lampung keris ini disebut tekhapang/punduk keris yang indah seperti ini digunakan untuk upacara perkawinan dan dipakai oleh pengantin Aria, yang diselipkan di pinggang bagian depan atau dipegang dengan tangan kanan (berbeda dengan pengantin Jawa, keris diselipkan di pinggang bagian belakang/punggung).

Keris sebagai Bagian dari Kesenian

 Dahulu menurut orang-orang tua, apabila nda kesenian silat orang memegang keris dalam pertunjukannya, di samping juga digunakannya tombak dan pedang. Keris yang digunakan untuk pertunjukan silat ini, biasanya tidak dipan¬dang memiliki kekuatan magis. Kini orang Lam¬pung dalam pertunjukan seperti ini tidak lagi Menggunakan keris.

Untuk melihat bagaimana cara pembuatan keris di daerah Lampung perlu penelitian lebih lanjut, karena:

1. Di daerah Lampung keris saat ini banyak di buat di Lampung Utara terutama di Tulangbawang udik.

2. Penggunaan keris di daerah Lampung, hanya merupakan benda pusaka, atau benda seni (sebagai benda kelengkapan upacara pernikahan dan seni pencak silat).

Sebagaimana diketahui bahwa keris yang ada di daerah Lampung banyak mendapat pengaruh dari daerah Jawa, hal ini dapat dimengerti ka¬rena dahulu daerah Jawa memiliki kerajaan-kerajaan besar. Sedang empu pembuat keris ketika itu merupakan penjual jasa bagi kebutuhan orang-orang/pembesar kerajaan, sedang empu dl Lampung banyak juga yang berasal dari meranjat (ogan Komering Ilir Sumatera Selatan) yaitu etnis Lampung Kayu Agung yang secara geografli sekarang meniadi wilayah Sumatera Selatan. Sampai kini ternyata keris masih dibuat oraw Lampung khususnya di Tulang Bawang Tengal (Lampung Utara).

Di daerah Jawa dikatakan bahwa bahan pembuatan keris meliputi besi, Baja, pamor yang berasal dari batu bintang (meteorit) atau nikel. Menurut informasi bahwa daya tahan panas batu meteorit dalam proses garap keris jauh lebih tahan. Pada temperatur tertentu in buah besi. tang dipanggang api akan luluh, tetapi sebuah meteorit yang lazim untuk pamor pada temperatur yang sama tidak luluh.

Pada dewasa ini di Lampung keris bukan lagi untuk senjata perang, tinggal fungsi lain yang masih lazim dikenal: Umpamanya, pelengkap pakaian adat tradisional, pelengkap upacara tradisional, pelengkap konsep hidup ideal sebagai apa yang disebut gagaman/peselok, pelengkap eksotisme lama dalam hidup zaman mo dern. Di Lampung dikenal ada konsep hidup lengkap bagi seorang pria dewasa, yaitu antar lain wisman (bulamban), tenangga, kukila (segokan), jama (istri) dan pemenah (pusaka).

Untuk melihat apakah konsep itu terpakai oleh masyarakat suku bangsa Lampung, secara tersamar, namun terlalu banyak variasi untuk mengatakan bahwa di daerah Lampung konsep tersebut juga berlaku, bahkan bukan tidak mungkin konsep itu tidak ada, karena secara tradisi Lampung secara setempat-setempat sedikit banyaknya ada perbedaan dengan tradisi yang berlaku secara umum. Namun demikian yang pasti setiap berbusana adat punduk/tekhapang harus hadir.





Pedang Damaskus, Terbaik dan Tertajam

Mungkin selama ini kita mengenal bahwa katana dari Jepang adalah pedang yang paling tajam di dunia. Namun kenyataannya pedang yang paling tajam adalah Pedang Damaskus (Damascus Sword).
Pedang Damascus ini sangat kuat tapi tetap fleksibel sehingga ujung pedangnya dapat ditekuk sampai gagang pedang. Pedang ini juga sangat tajam sehingga dapat memotong pedang eropa dengan mudah, bahkan dikatakan dapat memotong sehelai sutra yang dijatuhkan ke tanah. Ciri Khas Pedang Damascus adalah Pattern/Pola Tanda Air Dipermukaannya, mirip dengan Keris Indonesia/Pedang Jepang (Namun Tanda Air pada Baja Damascus bukan karena teknik lipatan logam).

Penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Dresden, mengungkap sebuah rahasia yang luar biasa yaitu keberadaan carbon nanotubes. Ternyata tanpa disadari, pembuat pedang ini menggunakan teknologi nano ketika menempa pedang. Sayangnya, teknik pembuatan pedang ini menghilang di abad ke-18.

Pada perang salib, pasukan Eropa dikejutkan oleh pedang yg dimiliki oleh pasukan Arab dan Persia karena dapat dengan mudah menembus baju zirah pasukan crusader, bahkan mampu membelah tameng.
Nanoteknologi mencakup pengembangan teknologi dalam skala nanometer, biasanya 0,1 sampai 100 nm (satu nanometer sama dengan seperseribu mikrometer atau sepersejuta milimeter). Istilah ini kadangkala diterapkan ke teknologi sangat kecil. Ruang lingkupnya juga sangat luas, bisa merambah ke berbagai bidang seperti kedokteran,robotik, fisika,dll. Sedangkan carbon nanotubes merupakan ikatan carbon yang berbentuk silinder dengan diameter 4 nanometer (1 nano=1/1.000.000.000).
Material yang digunakan bernama wootz steel, kaya akan kandungan carbon nanotubes. Material ini katanya diimpor dari India, dan pembuatan pedang damascus terhenti karena habisnya material ini.


Tapi apa itu nanotubes? Dilihat dari asal katanya nano yang adalah ukuran, yaitu  1 nanometer sama dengan 1 per satu milyar meter. Anda bisa membayangkan betapa sungguh sangat kecil itu. Tube adalah suatu bentuk seperti pipa, lihat gambar di atas  (dalam dunia engineering istilah  tube tidak sama dengan pipa). Carbon nanotubes adalah struktur lain dari atom karbon yang sama dengan atom karbon pada grafit yang sering kita temui sebagai bahan ujung pensil. Dan sama juga dengan atom karbon pada diamond. Dengan kata lain perbedaaannya hanya ada pada struktur kristalnya.

 Lalu apa hubungangannya dengan ketangguhan dan ketajaman pedang? Carbon nanotube mempunyai karakter yang luar biasa, kekuatannya 20-30 kali kekuatan baja paling kuat, demikian juga dengan kekerasannya. Jadi jika misalnya seutas kawat dengan diameter sekian milimeter mampu menahan sepenuhnya tubuh satu orang unuk menggantungkan diri dari sebuah helikopter, maka hanya dibutuhnya kawat nanotubes dengan luas penampang 1/20 dari luas penampang baja tadi. Put another way, dengan luas penampang yang sama, kawat carbon nanotube dapat menahan kurang lebih 20 kali  beban yang mampu ditahan kawat baja tadi.

Baja pada umumnya mempunyai  fasa dominan yang disebut ferit yang sifatnya lunak. Namun pada baja pedang damaskus, terdapat struktur (fasa) carbon nanotubes yang sangat kuat. Stuktur carbon nanotube  tadi terdistribusi tertentu di dalam ferit, sedemikian hingga menghasilkan kombinasi sifat akhir yang sangat luar biasa. Itulah pedang yang ditakuti para ksatria Eropa beratus-ratus tahun.
Dan sampai saat ini belum ada scientists yang bisa menemukan bagaimana cara membuat carbon nanotubes dalam struktur mikro baja. Termasuk bagaimana membuat pedang damaskus dengan struktur yang sama seperti aslinya.  Pelajaran penting dan mencengangkan lainnya adalah, dengan pengalaman ternyata suatu masyarakat bisa menciptakan sesuatu karya yang elegan, bahkan bisa dibilang melebihi sejarah pengetahuan itu sendiri. Luar biasa!
Baja Damaskus adalah material legendaris dari baja yang mempunyai sifat superplastis (kemampuan untuk mengalami deformasi tetap tanpa retak hingga 1000%).
Dengan sifat yang unik ini maka baja Damaskus banyak digunakan sebagai material untuk membuat pedang dan senjata. Menurut mitos senjata yang dibuat menggunakan Baja Damaskus tidak akan pernah tumpul atau patah. Selain memiliki sifat superplastis baja Damaskus juga mempunyai ciri khas yaitu adanya pola air (watermarking) pada permukaannya.

 Baja Damaskus dibuat pertama kali di India dan kemudian berkembang sampai Suriah. Nama Damaskus sendiri diberikan oleh bangsa Barat yang terlibat Perang Salib dan menjumpai senjata yang berbahan baja Damaskus di kota Damaskus, Suriah.

 Pedang Damaskus pernah digunakan oleh pemimpin muslim Salahuddin al-Ayyubi pada Perang Salib III melawan Tentara kristen yang di pimpin Richard The Lionheart. Helm dan baju zirah Salahuddin (lempengan logamnya) juga terbuat dari baja/logam Damaskus.

Senjata dan Alat Perang Tikam

Elemen Budaya: Senjata dan Alat Perang
Provinsi: Lampung
Asal Daerah: Lampung

Di Lampung zaman dahulu menurut sejarah terdapat Keratuan-keratuan sehingga tidak terlepas dengan namannya senjata. Senjata-senjata ini ada yang digunakan sebagai alat pembela diri (tikam) dan juga sebagai pusaka yang digunakan untuk budaya adat istiadat.
Setiap Masyarakat Lampung pada umumnya menggunakan Badik untuk keperluan menjaga diri dikesehariannya, sehingga pada daerah tertentu hingga kini masih merupakan kebiasaan bahkan terkesan kewajiban untuk membawa badik dalam bepergian sehingga di Lampung banyak terdapat jenis-jenis badik.








Badik adalah senjata tradisional yang bisa dijumpai di sejumlah daerah di Indonesia. Selain Sulawesi Selatan (Sulsel), Lampung adalah daerah lain di tanah air yang memiliki warisan senjata tradisional badik. Terdapat kemiripan antara badik Sulawesi Selatan dan badik Lampung, seperti gagangnya yang bengkok, bilah yang asimetris dan meruncing, serta memiliki hiasan pamor atau bercak pada bilah (mata pisau) akibat percampuran bahan logam yang digunakannya. Sejauh ini, belum ada penelitian yang menelusuri muasal kemiripan badik di dua tempat tersebut. Namun demikian, banyak yang berasumsi bahwa pada zamannya, Kerjaan Goa dan Bone-lah (sekarang wilayah Sulsel) yang datang memperkenalkan badik pada masyarakat di lingkungan Kerajaan Tulang Bawang (sekarang wialyah Lampung).Berbeda dengan keris atau kujang, di kalangan masyarakat penggunanya, badik masih sarat dengan nilai-nilai ‘kejantanan’, di mana masih banyak di antara mereka yang selalu membawa badik dalam aktivitas sehari-hari.


Jenis-jenis Badik Lampung
Menurut ukurannya, Badik Lampung bisa digolongkan ke dalam dua, yakni badik kecil dan Siwokh. Badik kecil umumnya memiliki bilahyang berukuran tidak lebih dari 11 cm, dengan lebar sekitar 2 cm. Sedangkan Siwokh, panjang mata pisaunya lebih dari 19 cm, dan lebarnya lebih dari 2 cm. Berdasarkan karakteristik bilahnya, yakni berlubang atau tidak berlubang, badik badik kecil maupun Siwokh memiliki istilah tersendiri, yakni Badik/Siwokh Bebai (perempuan) untuk yang berlubang, dan Badik/Siwokh Ragah (laki-laki) untuk yang tidak berlubang.
Bagi para peminatnya, badik tua/lama diyakini memiliki kualitas yang lebih baik. Salah satu indikator untuk mengujinya, yakni dengan cara menyentil ujung badik, di mana badik tua akan terdengar lebih nyaring dibandingkan dengan badik produksi masa kini. Badik tua juga diyakini mengandung warangan (bisa), yang membuat luka akibat goresannya akan sulit disembuhkan. Tidak hanya pada manusia, konon pohon pun jika terkena goresan badik tua yang mengandung warangan akan mengering dan mati.

Pamor Badik Lampung
Seperti halnya keris, Badik juga umumnya dihiasi dengan pamor atau motif bercak pada bilah akibat percampuran logam dan teknik pembakaran serta penumbukan. Seorang pandai badik dituntut untuk menguasai teknik-teknik pembuatan hiasan pamor tersebut, karena pamor merupakan salah satu unsur penting dalam badik, yang memuat, baik nilai artistik maupun spiritual. Beberapa pola pamor dalam Badik Lampung yang sering disebut “bayang” adalah bayang capit, bayang sai, bayang pekhancang, pebayang khancang, khancang, laman tundun, khancang batu, khancang seribu, dan singa dawan.